Jumat, 02 Agustus 2013

Rumah Yang Terang (cerpen Ahmad Tohari)

Listrik sudah empat tahun masuk kampungku dan sudah banyak yang
dilakukannya. Kampung seperti mendampat injeksi tenaga baru yang
membuatnya menggeliat penuh gairah. Listrik memberi kampungku cahaya,
musik, es, sampai api dan angin. Di kampungku, listrik juga membunuh
bulan di langit. Bulan tidak lagi menarik hati anak-anak. Bulan tidak lagi
mampu membuat bayang-bayang pepohonan. Tapi kampung tidak merasa
kehilangan bulan. Juga tidak merasa kehilangan tiga laki-laki yang tersengat
listrik hingga mati.
Sebuah tiang lampu tertancap di depan rumahku. Seperti semasa
teman-temannya sesama tiang listrik yang membawa perubahan pada rumah
yang terdekat, demikian halnya beton langsing yang menyangga kabel-kabel
di depan rumahku itu. Bedanya, yang dibawa ke rumahku adalah celotehceloteh
sengit dua tetangga di belakang rumahku.
Sampai sekian lama, rumahku tetap gelap. Ayahku tidak mau pasang
listrik. Inilah yang membuat tetangga di belakang rumah jengkel terusterusan.
Keduanya sangat berhasrat menjadi pelanggan listrik. Tapi hasrat
mereka tak mungkin terlaksana sebelum ada dakstang di bubungan rumahku.
Rumah dua tetangga di belakang itu terlalu jauh dari tiang.
Kampungku yang punya kegemaran berceloteh seperti mendapat jalan
buat berkata seenaknya terhadap ayah. Tentu saja dua tetangga itulah
sumbernya. “Haji Bakir itu seharusnya berganti nama menjadi Haji Bakhil.
Dia kaya tetapi tak mau pasang listrik. Tentu saja dia kawatir akan keluar
banyak duit.”
Kadang celoteh yang sampai di telingaku sedemikian tajam sehingga
aku tak kuat lagi menerimanya. Mereka mengatakan ayahku memelihara
tuyul. “Tentu saja Haji Bakir tak mau pasang listrik karena tuyul tidak suka
cahaya terang.” Yang terakhir kedua tetangga itu merencanakan tindakan
yang lebih jauh. Entah belajar dari mana mereka menuduh ayahku telah
melanggar asas kepentingan umum. Mereka menyamakan ayahku dengan
orang yang tidak mau menyediakan jalan bagi seseorang yang bertempat
tinggal di tanah yang terkurung. Konon mereka akan mengadukan ayahku
kepada lurah.
Aku sendiri bukan tidak punya masalah dengan sikap ayah. Pertama,
akulah yang lebih banyak menjadi bulan-bulanan celoteh yang kian meluas
di kampungku. Ini sungguh tidak nyaman. Kedua, gajiku sebagai propagandis
pemakaian alat kontrasepsi memungkinkan aku punya radio, pemutar pita
rekaman, juga TV (karena aku masih bujangan). Maka alangkah konyolnya
sementar listrik ditawarkan sampai ke depan rumah, aku masih harus repot
dengan setiap kali membeli baterei dan nyetrum aki.
Ketika belun tahu latar belakang sikap ayah, aku sering membujuk.
Lho, kenapa aku dan ayah tidak ikut beramai-ramai bersama orang
sekampung membunuh bulan? Pernah kukatakan, apabila ayah enggan
mengeluarkan uang maka pasal memasang listrik akulah yang menanggung
biayanya. Karena kata-kataku ini ayah tersinggung. Tasbih di tangan ayah
yang selalu berdecik tiba-tiba berhenti.
“Jadi kamu seperti orang-orang yang mengatakan aku bakhil dan
pelihara tuyul?”
Aku menyesal. Tapi tak mengapa karena kemudian ayah mengatakan
alasan yang sebenarnya mengapa beliau tidak mau pasang listrik. Dan alasan
itu tak mungkin kukatakan kepada siapa pun, khawatir hanya mengundang
celoteh yang lebih menyakitkan. Aku tak rela ayah mendapat cercaan lebih
banyak.
Betapa juga ayah adalah orang tuaku, yang membiayai sekolahku
sehingga aku kini adalah seorang propagandis pemakaian alat kontrasepsi.
Lalu mengapa orang kurang menghayati status yang kini kumiliki. Menjadi
propagandis tersebut tidak hanya membawa keuntungan materi berupa gaji
dan insentif melainkan ada lagi yang lain.
Jadi, aku mengalah pada keteguhan sikap ayah. Rela setiap kali beli
baterai dan nyetrum aki, dan rela menerima celoteh orang sekampung yang
tiada hentinya.
Ketika ayah sakit, beliau tidak mau dirawat di rumah sakit. Keadaan
beliau makin hari makin serius. Tapi beliau bersiteguh tak mau diopname.
Aku berusaha menyingkirkan perkara yang kukira menyebabkan ayah tak
mau masuk rumah sakit.
“Apakah ayah khawatir di rumah sakit nanti ayah akan dirawat dalam
ruang yang diterangi lampu listrik? Bila demikian halnya maka akan
kuusahakan agar mereka menyalakan lilin saja khusus bagi ayah.
Tanggapan ayah ada rasa tersinggung yang terpancar dari mata beliau
yang sudah biru memucat. Ya, Tuhan, lagi-lagi aku menyesal. Dan jiwaku
mendadak buntu ketika mendengar ucapan ayah yang keluar tersendatsendat.
“Sudahlah, Nak. Kamu lihat sendiri aku hampir mati. Sepeninggalku
nanti kamu bisa secepatnya memasang listrik di rumah ini.
Tidak pernah sekalipun aku mendengar kata-kata ayah yang
mengandung ironi demikian tajam. Sesalku tak habis-habisnya. Dan malu.
Kewahlianku melakukan pendekatan verbal yang biasa aku lakukan selama
menjadi propagandis alat kontrasepsi ternyata hanya punya arti negatif di
hadapan ayah. Lebih malu lagi karena ucapan ayah tadi adalah kata-kata
terakhir yang ditujukan kepadaku.
Seratus hari sudah kematian ayah orang-orang bertahlil di rumahku
sudah duduk di bawah lampu neon dua puluh watt. Mereka memandangi
lampu dan tersenyum. Dua tetangga belakang yang tentu saja sudah pasang
listrik mendekatiku.
“Nah, lebih enak dengan listrik, ya Mas?”
Aku diam karena sebal melihat gaya mereka yang pasti menghubunghubungkan
pemasangan listrik di rumahku yang baru bisa terlaksana sesudah
kematian ayah. Oh, mereka tidak tahu bahwa aku sendiri menjadi linglung.
Listrik memang sudah kupasang tapi aku justru takut menghidupkan radio,
TV, dan pemutar pita rekaman. Sore hari aku tak pernah berbuat apa pun
sampai ibu yang menghidupkan lampu. Aku enggan menjamah sakelar
karena setiap kali aku melakukan hal itu tiba-tiba bayangan ayah muncul
dan kudengar keletak-keletik suara tasbihnya.
Linglung. Maka tiba-tiba mulutku nyerocos. Kepada tamu yang
bertahlil aku mengatakan alasan yang sebenarnya mengapa ayahku tidak
suka listrik, suatu hal yang seharusnya tetap kusimpan.
“Ayahku memang tidak suka listrik. Beliau punya keyakinan hidup
dengan listrik akan mengundang keborosan cahaya. Apabila cahaya
dihabiskan semasa hidupnya maka ayahku khawatir tidak ada lagi cahaya
bagi beliau di dalam kubur”.
Aku siap menerima celoteh dan olok-olok yang mungkin akan
dilontarkan para tamu. Karena aku sendiri pernah menertawakan pikiran
ayah yang antik itu. Aneh, para tamu malah menunduk. Aku juga menunduk,
sambil berdoa tanpa sedikitpun kadar olok-olok. Kiranya ayahnya mendapat
cukup cahaya di alam sana.

Senyum Karyamin (cerpen Ahmad Tohari)



senyum karyamin cerpen ahmad tohari

Karyamin melangkah pelan dan sangat hati-hati. Beban yang menekan pundaknya adalah pikulan yang digantungi dua keranjang batu kali. Jalan tanah yang sedang didakinya sudah licin dibasahi air yang menetes dari tubuh Karyamin dan kawan-kawan, yang pulang balik mengangkat batu dari sungai ke pangkalan material di atas sana. Karyamin sudah berpengalaman agar setiap perjalananya selamat. Yakni berjalan menanjak sambil menjaga agar titik berat beban dan badannya tetap berada pada telapak kaki kiri atau kanannya. Pemindahan titik berat dari kaki kiri ke kaki kanannya pun harus dilakukan dengan baik. Karyamin harus memperhitungkan tarikan napas serta ayunan tangan demi keseimbangan yang sempurna.

Meskipun demikian, pagi ini Karyamin sudah dua kali tergelincir. Tubuhnya rubuh lalu menggelinding ke bawah, berkejaran dengan batu-batu yang tumpah dari keranjangnya. Dan setiap kali jatuh, Karyamin menjadi bahan tertawaan kawan-kawannya. Mereka, para pengumpul batu itu, senang mencari hiburan dengan cara menertawakan diri mereka sendiri.

Kali ini Karyamin merayap lebih hati-hati. Meski dengan lutut yang sudah bergetar, jemari kaki dicengkeramkannya ke tanah. Segala perhatian dipusatkan pada pengendalian keseimbangan sehingga wajahnya kelihatan tegang. Sementara itu, air terus mengucur dari celana dan tubuhnya yang basah. Dan karena pundaknya ditekan oleh beban yang sangat berat maka nadi di lehernya muncul menyembul kulit.

Boleh jadi Karyamin akan selamat sampai ke atas bila tak ada burung yang nakal. Seekor burung paruh udang terjun dari ranting yang menggantung di atas air, menyambar seekor ikan kecil, lalu melesat tanpa rasa salah hanya sejengkal di depan mata Karyamin.

“Bangsat!” teriak Karyamin yang sedetik kemudian sudah kehilangan keseimbangan. Tubuhnya bergulir sejenak, lalu jatuh terduduk dibarengi suara dua keranjang batu yang ruah. Tubuh itu ikut meluncur, tetapi terhenti karena tangan Karyamin berhasil mencengkeram rerumputan. Empat atau lima orang kawan Karyamin terbahak bersama. Mereka, para pengumpul batu itu, senang mencari hiburan dengan cara menertawakan diri mereka sendiri.

“Sudah, Min. Pulanglah. Kukira hatimu tertinggal di rumah sehingga kamu loyo terus,” kata Sarji yang diam-diam iri pada istri Karyamin yang muda dan gemuk.

“Memang bahaya meninggalkan istrimu seorang diri di rumah. Min, kamu ingat anak-anak muda petugas bank harian itu? Jangan kira mereka hanya datang setiap hari buat menagih setoran kepada istrimu. Jangan percaya kepada anak-anak muda penjual duit itu. Pulanglah. Istrimu kini pasti sedang digodanya.”

“Istrimu tidak hanya menarik mata petugas bank harian. Jangan dilupa tukang edar kupon buntut itu. Kudengar dia juga sering datang ke rumahmu bila kamu sedang keluar. Apa kamu juga percaya dia datang hanya untuk menjual kupon buntut? Jangan-jangan dia menjual buntutnya sendiri!”

Suara gelak tawa terdengar riuh di antara bunyi benturan batu-batu yang mereka lempar ke tepi sungai. Air sungai mendesau-desau oleh langkah-langkah mereka. Ada daun jati melayang, kemudian jatuh di permukaan sungai dan bergerak menentang arus karena tertiup angin. Agak di hilir sana terlihat tiga perempuan pulang dari pasar dan siap menyeberang. Para pencari batu itu diam. Mereka senang mencari hiburan dengan cara melihat perempuan yang mengangkat kain tinggi-tinggi.

Dan Karyamin masih terduduk sambil memandang kedua keranjangnya yang berantakan dan hampa. Angin yang bertiup lemah membuat kulitnya merinding, meski matahari sudah cukup tinggi. Burung paruh udang kembali melintas di atasnya. Karyamin ingin menyumpahinya, tetapi tiba-tiba rongga matanya penuh bintang. Terasa ada sarang lebah di dalam telinganya. Terdengar bunyi keruyuk dari lambungnya yang hanya berisi hawa. Dan mata Karyamin menangkap semuanya menjadi kuning berbinar-binar.

Tetapi kawan-kawan Karyamin mulai berceloteh tentang perempuan yang sedang menyeberang. Mereka melihat sesuatu yang enak dipandang. Atau sesuatu itu bisa melupakan buat sementara perihnya jemari yang selalu mengais bebatuan; tentang tengkulak yang sudah setengah bulan menghilang dengan membawa satu truk batu yang belum dibayarnya; tentang tukang nasi pecel yang siang nanti pasti datang menagih mereka. Dan tentang nomor buntut yang selalu gagal mereka tangkap.

“Min!” teriak Sarji. “Kamu diam saja, apakah kamu tidak melihat ikan putih-putih sebesar paha?”

Mereka tertawa bersama. Mereka, para pengumpul batu itu, memang pandai bergembira dengan cara menertawakan diri mereka sendiri. Dan Karyamin tidak ikut tertawa, melainkan cukup tersenyum. Bagi mereka, tawa atau senyum sama-sama sah sebagai perlindungan terakhir. Tawa dan senyum bagi mereka adalah simbol kemenangan terhadap tengkulak, terhadap rendahnya harga batu, atau terhadap licinnya tanjakan. Pagi itu senyum Karyamin pun menjadi tanda kemenangan atas perutnya yang sudah mulai melilit dan matanya yang berkunang-kunang.

Memang. Karyamin hanya tersenyum. Lalu bangkit meski kepalanya pening dan langit seakan berputar. Diambilnya keranjang dan pikulan, kemudian Karyamin berjalan menaiki tanjakan. Dia tersenyum ketika menapaki tanah licin yang berparut bekas perosotan tubuhnya tadi. Di punggung tanjakan, Karyamin terpaku sejenak melihat tumpukan batu yang belum lagi mencapai seperempat kubik, tetapi harus ditinggalkannya. Di bawah pohon waru, Saidah sedang menggelar dagangannya, nasi pecel. Jakun Karyamin turun naik. Ususnya terasa terpilin.

“Masih pagi kok mau pulang, Min?” tanya Saidah. “Sakit?”

Karyamin menggeleng, dan tersenyum. Saidah memperhatikan bibirnya yang membiru dan kedua telapak tangannya yang pucat. Setelah dekat, Saidah mendengar suara keruyuk dari perut Karyamin.

“Makan, Min?”

“Tidak. Beri aku minum saja. Daganganmu sudah ciut seperti itu. Aku tak ingin menambah utang.”

“Iya, Min, iya. Tetapi kamu lapar, kan?”

Karyamin hanya tersenyum sambil menerima segelas air yang disodorkan oleh Saidah. Ada kehangatan menyapu kerongkongan Karyamin terus ke lambungnya.

“Makan, ya Min? aku tak tahan melihat orang lapar. Tak usah bayar dulu. Aku sabar menunggu tengkulak datang. Batumu juga belum dibayarnya, kan?”

Si paruh udang kembali melintas cepat dengan suara mencecet. Karyamin tak lagi membencinya karena sadar, burung yang demikian pasti sedang mencari makan buat anak-anaknya dalam sarang entah di mana. Karyamin membayangkan anak-anak si paruh udang  sedang meringkuk lemah dalam sarang yang dibangun dalam tanah di sebuah tebing yang terlindung. Angin kembali bertiup. Daun-daun jati beterbangan dan beberapa di antaranya jatuh ke permukaan sungai. Daun-daun itu selalu saja bergerak menentang arus karena dorongan angin.

”Jadi, kamu sungguh tak mau makan, Min?” tanya Saidah ketika melihat Karyamin bangkit.

”Tidak. Kalau kamu tak tahan melihat aku lapar, aku pun tak tega melihat daganganmu habis karena utang-utangku dan kawan-kawan.”

”Iya Min, iya. Tetapi….”

Saidah memutus kata-katanya sendiri karena Karyamin sudah berjalan menjauh. Tetapi saidah masih sempat melihat Karyamin menoleh kepadanya sambil tersenyum. Saidah pun tersenyum sambil menelan ludah berulang-ulang. Ada yang mengganjal di tenggorokan yang tak berhasil didorongnya ke dalam. Diperhatikannya Karyamin yang berjalan melalui lorong liar sepanjang tepi sungai. Kawan-kawan Karyamin menyeru dengan segala macam seloroh cabul. Tetapi Karyamin hanya sekali berhenti dan menoleh sambil melempar senyum.

Sebelum naik meninggalkan pelataran sungai, mata Karyamin menangkap sesuatu yang bergerak pada sebuah ranting yang menggantung di atas air. Oh, si paruh udang. Punggungnya biru mengkilap, dadanya putih bersih, dan paruhnya merah saga. Tiba-tiba burung itu menukik menyambar kan kepala timah sehingga air berkecipak. Dengan mangsa di paruhnya, burung itu melesat melintasi para pencari batu, naik menghindari rumpun gelagah dan lenyap di balik gerumbul pandan. Ada rasa iri di hati Karyamin terhadap si paruh udang. Tetapi dia hanya bisa tersenyum sambil melihat dua keranjangnya yang kosong.

Sesungguhnya Karyamin tidak tahu betul mengapa dia harus pulang. Di rumahnya tak ada sesuatu buat mengusir suara keruyuk dari lambungnya. Istrinya juga tak perlu dikhawatirkan. Oh ya, Karyamin ingat bahwa istrinya memang layak dijadikan alasan buat pulang. Semalaman tadi istrinya tak bisa tidur lantaran bisul di puncak pantatnya. “Maka apa salahnya bila aku pulang buat menemani istriku yang meriang.”

Karyamin mencoba berjalan lebih cepat meskipun kadang secara tiba-tiba banyak kunang-kunang menyerbu ke dalam rongga matanyta. Setelah melintasi titian Karyamin melihat sebutir buah jambu yang masak. Dia ingin memungutnya, tetapi urung karena pada buah itu terlihat jelas bekas gigitan kampret. Dilihatnya juga buah salak berceceran di tanah di sekitar pohonnya. Karyamin memungut sebuah, digigit, lalu dilemparkannya jauh-jauh. Lidahnya seakan terkena air tuba oleh rasa buah salak yang masih mentah. Dan Karyamin terus berjalan. Telinganya mendenging ketika Karyamin harus menempuh sebuah tanjakan. Tetapi tak mengapa, karena di balik tanjakan itulah rumahnya.

Sebelum habis mendaki tanjakan, Karyamin mendadak berhenti. Dia melihat dua buah sepeda jengki diparkir di halaman rumahnya. Denging dalam telinganya terdengar semakin nyaring. Kunang-kunang di matanya pun semakin banyak. Maka Karyamin sungguh-sungguh berhenti, dan termangu. Dibayangkan istrinya yang sedang sakit harus menghadapi dua penagih bank harian. Padahal Karyamin tahu, istrinya tidak mampu membayar kewajibannya hari ini, hari esok, hari lusa, dan entah hingga kapan, seperti entah kapan datangnya tengkulak yang telah setengah bulan membawa batunya.

Masih dengan seribu kunang-kunang di matanya, Karyamin mulai berpikir apa perlunya dia pulang. Dia merasa pasti tak bisa menolong keadaan, atau setidaknya menolong istrinya yang sedang menghadapi dua penagih bank harian. Maka pelan-pelan Karyamin membalikkan badan, siap kembali turun. Namun di bawah sana Karyamin melihat seorang lelaki dengan baju batik bermotif tertentu dan berlengan panjang. Kopiahnya yang mulai botak kemerahan meyakinkan Karyamin bahwa lelaki itu adalah Pak Pamong.

“Nah, akhirnya kamu ketemu juga, Min. Kucari kau di rumah, tak ada. Di pangkalan batu, tak ada. Kamu mau menghindar, ya?”

“Menghindar?”

“Ya, kamu memang mbeling, Min. di gerumbul ini hanya kamu yang belum berpartisipasi. Hanya kamu yang belum setor uang dana Afrika, dana untuk menolong orang-orang yang kelaparan di sana. Nah, sekarang hari terakhir. Aku tak mau lebih lama kaupersulit.”

Karyamin mendengar suara napas sendiri. Samar-samar Karyamin juga mendengar detak jantung sendiri. Tetapi karyamin tidak melihat bibir sendiri yang mulai menyungging senyum. Senyum yang sangat baik untuk mewakili kesadaran yang mendalam akan diri serta situasi yang harus dihadapinya. Sayangnya, Pak Pamong malah menjadi marah oleh senyum Karyamin.

“Kamu menghina aku, Min?”

“Tidak, Pak. Sungguh tidak.”

“Kalau tidak, mengapa kamu tersenyum-senyum? Hayo cepat; mana uang iuranmu?”

Kali ini Karyamin tidak hanya tersenyum, melainkan tertawa keras-keras. Demikian keras sehingga mengundang seribu lebah masuk ke telinganya, seribu kunang masuk ke matanya. Lambungnya yang kampong berguncang-guncang dan merapuhkan keseimbangan seluruh tubuhnya. Ketika melihat tubuh Karyamin jatuh terguling ke lembah Pak Pamong berusaha menahannya. Sayang, gagal.

(Tohari, Ahmad, “Senyum Karyamin, Kumpulan Cerpen”, Gramedia, Juni 1989)

Rabu, 31 Juli 2013

Melawan Fundamentalisme Agama, Menegakkan Hak Reproduksi dan Seksual Perempuan





Referensi
Melawan Fundamentalisme Agama, Menegakkan Hak Reproduksi dan Seksual Perempuan

3 Agustus 2009

Judul Buku : Surfacing: Selected Papers on Religious Fundamentalisms
and Their Impact on Women’s Sexual and Reproductive Rights
Penulis : Kalpana Kannabiran, et.al
Penerbit : Asian-Pacific and Research Centre for Women (ARROW)
Tahun Terbit : 2008
Tebal : 75 halaman
ISBN : 978-983-44234-0-7

Buku yang merupakan kumpulan paper ini sangat layak dibaca banyak kalangan, termasuk pemerintah, kalangan agama dan tentunya mereka yang peduli terhadap isu hak dan kesehatan reproduksi dan seksual perempuan. Istilah fundamentalisme agama sendiri yang menjadi judul buku ini sebenarnya masih menjadi terminologi yang diperdebatkan termasuk oleh aktifis hak-hak perempuan. Buku ini hasil -simposium Asia Pasifik ke-4, konferensi hak-hak dan kesehatan reproduksi dan seksual yang diselenggarakan tahun 2007. Ketua Simposium, Michael Tan, memperkenalkan istilah “religious exceptionalism” sebagai alternatif istilah lainnya. Namun, para penulis paper sendiri masih menggunakan istilah fundamentalisme agama yang kemudian mengilhami judul buku ini.

Mayoritas penulis sepakat tentang dampak buruk fundamentalisme agama bagi perempuan kaitannya dengan kesehatan seksual dan hak-hak reproduksi mereka. Betapa tidak, tubuh perempuan selalu dikaitkan dengan kemurnian dan pemurnian agama sehingga atas nama agama seolah-olah kelompok agama mempunyai lisensi untuk mengontrol seksualitas dan hak-hak reproduksi perempuan. Tubuh perempuan digunakan untuk menjadi landasan bagi pengambilan kebijakan dan tindakan pilitik, dan bertujuan untuk mendapatkan kekuasaan dan memperluas kontrol sosial. Kebijakan berdasarkan moralitas atas nama agama, para agamawan justeru seringkali mendiskriminasi, memarjinalisasi dan melahirkan tindak kekerasan dan pengabaian hak atas hak-hak dan kesehatan reproduksi perempuan.

ONE TRUE GOD Resiko Sejarah Bertuhan Satu: Rodney Stark

 Penterjemah : M. Sadat Ismail
Cetakan : Pertama, April 2003
Penerbit : CV. Qalam Yogyakarta
Tebal buku : (X + 451) halaman




            Sejak berabad-abad yang lalu orang telah memulai menyembah sesuatu yang dianggap dapat memberikan keselamatan bagi dirinya. Baik itu alam, roh, dan ada juga yang tidak kasat mata, ini dinamakan “Tuhan”, ini merupakan kebudayaan manusia yang diistilahkan sebagai agama. Apakah tuhan melahirkan agama-agama yang berkembang sampai saat ini, ataukah agama-agama yang muncul dari tuhan itu sendiri, ataukah manusia yang menciptakan tuhan dan agama dan terus dipertahankan. Melalui buku One True God resiko sejarah bertuhan satu inilah, Rodney Stark mencoba menguraikan permasalahan tentang Tuhan khususnya Tuhan bagi monoteisme.
Ilmuwan-ilmuwan sosial banyak mengatakan ketidaksepakatannya terhadap sebuah istilah Tuhan. Tuhan merupakan hanya halusinasi bagi masyarakat dimana halusinasi itu membayangi ketakutan-ketakutan manusia dalam menjalani pelbagai kehidupan. Tetapi dalam konteks sejarah, manusia tidak terlepas dari hal yang sifatnya religius dalam mengisi kehidupan sosialnya.
            Monoteisme merupakan agama yang bertuhan satu memiliki perjalanan yang sangat panjang dalam sejarah manusia. Tidak bisa dipungkiri bahwa agama monoteisme sejak kemunculannya seperti Yahudi, Kristen, dan Islam tetap bertahan sampai sekarang. Dari sini kemudian muncul pernyataan bahwa agama monoteisme bisa bertahan di proses kehidupan, hal yang berbeda dengan agama-agama yang mempunyai banyak tuhan yang dengan segeranya mati seiring dengan tenggelamnya pula jaman yang menggandeng agama tersebut. Contohlah Dewa-dewa yunani yang mulai musnah ketika muncul pemikiran-pemikiran baru dari para filsuf  yang konteks berpikirnya kosmos.
            Buku ini layak dibaca oleh mahasiswa, akademisi, praktisi keagamaan bahkan masyarakat umum yang sadar akan arti pentingnya kehidupan beragama mampu membawa ke arah perdamaian. Pembahasan yang bersifat eksploratif dari penulis mampu membawa pembaca menelusuri sejarah agama monoteisme yang sampai sekarang mampu bertahan di tengah arus modernisasi ilmiah. Melalui khususnya di Indonesia, buku ini bisa dijadikan pembaca sebagai kesadaran historis sosial dalam mengahadapi banyaknya konflik yang mengatasnamakan agama. Buku ini juga mampu menumbuhkan persfektif dalam menjawab persoalan keagamaan di dunia saat ini. Buku ini menghadirkan suatu kesadaran yang baru tentang bagaimana memandang sebuah agama dalam ranah sosial ditengah langkanya tulisan agama yang kritis terhadap konteks historisnya, sedangkan banyak permasalahan agama yang belum mampu dijawab. Sehingga buku ini dapat dijadikan suatu bacaan yang sifatnya reflektif dalam menjawab persoalan keagamaan. Hanya saja dalam membaca buku ini pembaca harus memiliki kesadaran kritis, karena buku ini tidak menawarkan jawaban-jawaban persoalan agama. Buku ini hanya menjelaskan historis sosial agama secara eksploratif kritis. Pembaca diharapkan mampu memberikan solusi melalui persfektif sendiri yang dapat dimunculkan atas permasalahan dari bacaan ini.

Senin, 29 Juli 2013

Cara Membuat Bonsai

Cara Membuat Bonsai dan Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
Bonsai merupakan salah satu teknik memperindah tanaman hias sehingga tidak heran jika bonsai banyak disukai orang. Harga bonsai yang relatif mahal adalah daya tarik bagi pengusaha untuk menciptakan dan berbisnis dalam peronsaian. Umumnya tanaman yang bisa dipakai untuk bonsai adalah semua jenis tanaman yang memiliki umur hidup yang lama dan umumnya bonsai menggunakan tumbuhan berkayu tetapi ada juga tumbuhan lainnya. Sebenarnya siapa saja bisa membuat bonsai asal mau menekunan dan ulet.

Kriteria Tanaman yang Bisa Dibonsai
Tanaman atau pohon yang akan dibuat menjadi bonsai disebut dengan bakalan bonsai. Bakalan bonsai berupa tanaman yang diambil dari alam atau dari hasil perbanyakan, baik biji, setek, cangkok, okulasi, maupun enten. Dari mana pun asalnya, tanaman yang dimaksud harus memiliki kriteria-kriteria khusus untuk dapat dijadikan tanaman hias bonsai. Jika kriteria-kriteria tersebut terpenuhi, tentu tanaman tersebut dapat dijadikan bonsai yang sempurna. Umumnya, tanaman yang akan dibonsai harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :
1) Tanaman dikotil, atau tanaman berkeping dua umumnya berbentuk pohon yang keras dan berekambium. Jenis tanaman inilah yang paling ideal dijadikan bonsai. Tanaman jenis monokotil (seperti jenis kelapa, bambu, semak dan perdu) bisa juga dikerdilkan, tetapi disebut denganbonsai sejati.
2) Berumur panjang, pasalnya, bonsai merupakan seni yang terus tumbuh, sehingga memerlukan tanaman yang bisa bertahan hidup puluhan, bahkan ratusan tahun.
3) Tahan hidup menderita, sebaiknya tahan hujan dan panas. Selain itu, juga tahan terhadap kondisi wadah yang sempit dan terbatas. Sebagai bonsai, tanaman harus biasa hidup terus meskipun jumlah makanan atau nutrisinya sedikit dengan perkembangan akar dan batang yang seadanya.
4) Bentuknya indah secara alami. Pohon yang akan dibonsai harus sudah memiliki daya tarik atau keindahan, baik daun, batang, akar, bunga, maupun buahnya. Keindahan tersebut akan semakin menonjol dan proporsional setelah mendapatkan perlakuan sesuai dengan tata cara pembonsaian yang benar.
5) Tahan mendapat perlakuan. Untuk mendapatkan bonsai yang sempurna, pohon atau bakal bonsai perlu diperlakukan dengan teknik-teknik tertentu (detraining), misalnya diiris, dipangkas, dan dililit dengan kawat guna untuk mendapatkan bentuk yang sempurna. Contoh tanaman yang bisa dibuat bonsai di antaranya, yaitu Azalea, Pinus, Asam, Ulmus, Jeruk, Beringin, Bougenvill, Buxux, Sianto, dan lain sebagainya.
Pembuatan Bibit Tanaman Bonsai
Pembuatan bibit untuk bonsai atau bakal bonsai dapat dimulai dari pemilihan langsung jenis pohon yang memiliki cabang yang banyak yang nantinya tinggal diberikan perlakuan tertentu, seperti dipotong, dan dikreasikan agar dapat dibentuk menjadi tanaman bonsai. Disamping itu teknik pembuatan bibit tanaman bonsai dapat diperoleh dari biji yang khusus untuk disemaikan atau dari semai yang ada di alam bebas, setekan atau cangkokan yang pembuatannya memerlukan sedikit keterampilan, okulasi, dan bongkah-bongkah tanaman yang masih bertunas dan masih nampak bertahan untuk hidup.
1) Semai Bakal Bonsai.
Perolehan bibit tanaman bonsai dengan cara penyemaian sendiri dirasa kurang efisien, karena akan memakan waktu cukup lama.

2) Setek, Cangkok dan Okulasi
Menyetek, mencangkok dan membuat okulasi merupakan seni tersendiri. Pembuatan bibit tanaman bonsai dengan cara menyetek dan mencangkok dapat menghasilkan tanaman baru dalam jangka waktu yang relatif singkat (1-2 bulan). Sedangkan membuat okulasi bisa membutuhkan waktu lebih dari 1 tahun. Jenis stek yang dikenal yaitu : setek lunak atau setengah lunak, setek keras, dan setek daun.
Untuk mencangkok, dipilihlah dahan minimal sebesar pensil atau ibu jari, dan kulitnya mudah dikelupas (tidak lengket). Teknik mencangkok 1) Kupas kulit dahan selebar 3-5 cm, 2) Buang lendirnya dengan mengerok atau melap dengan kain yang kering, 3) Biarkan 3-4 hari, 4) Kemudian tutup lukanya dengan mos yang dibasahi atau campuran antara tanah dan remah dengan kompos yang tua dengan perbandingan 1:1, 5) Balut mos atau tanah dengan lembaran plastik, dan ikat baik-baik di bagian atas dan bawah, 6) Dengan jarum lembaran plastik dilubangi agar sirkulasi udara dapat berlangsung dengan baik.
Untuk membikin okulasi dapat dilakukan pada jenis pohon misalnya buah-buahan yang akan dijadikan bonsai. Bibit okulasi terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu: a) Batang bawah (onderstam), b) Batang atas (entrijs). Langkah-langkah dalam perokulasian:
1) Batang pokok bersihkan 15 cm di atas tanah,
2) Sayat kulit 10 cm dari atas tanah selebar 8 mm, dengan membikin keratan di bagian atas dan kanan kiri menurun ± 4 cm panjang,
3) Tarik kulit ke bawah, sehingga menyerupai lidah, kemudian potong separuhnya,
4) Sayat mata dari dahan entrijs, dengan kayunya sedikit dari bawah ke atas, panjang ± 4 cm di atas mata yang merata, sehingga pas betul menempel pada keratan pohon pokok,
5) Angkat kayu perlahan-lahan tanpa merusak matanya,
6) Kulit yang bermata, masukkan antara kayu dan kulit lidah batang pokok, yang telah dibuka, dan tempelkan kembali, usahakan matanya tidak tertutup,
7) Balut dengan tali raffia yang erat.

Pemilihan Media Tanam Bonsai
Bonsai ditanam di dalam pot yang tipis, oleh karena itu media tanamnya sangat terbatas. Hal ini menyebabkan bonsai hanya memiliki persediaan nutrisi tanaman yang terbatas dan sangat sensitif terhadap air siraman atau air hujan. Media tanam yang baik harus mengandung nutrisi dan bahan mineral yang cukup agar tanaman dapat hidup dan bertumbuh dengan baik. Macam-macam bahan yang di pakai untuk campuran media tanam bonsai meliputi.
1) Pasir, bahan ini memiliki sifat porous sehingga mudah meneruskan air, mencegah air menggenangi media untuk waktu yang lama, dan memudahkan udara masuk ke dalam media tanam.
2) Tanah, tanah yang umum dipakai yaitu tanah gunung yang hitam atau cokelat tua dan tanah merah.
3) Humus, humus berasal dari dedaunan atau ranting pohon yang sudah mengalami proses pelapukan alami untuk jangka waktu yang lama. Humus mengandung banyak zat hara dan mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanaman.
4) Kompos, kompos banyak mengandung unsur hara dan biasanya di tambahkan pada tumbuhan agar berkembang dengan baik sesuai genetis dan potensi produksinya. pupuk kompos bisa di buat dalam bermacam-macam bentuk meliputi cair, curah, tablet, pelet, dan briket.
5) Pupuk kandang, pupuk kandang yang biasa di pakai dari kotoran kambing. pupuk kandang yang boleh di pakai yaitu sudah matang, yang warnanya cokelat tua atau hitam dan tidak bau. Media tanamnya memerlukan tanah atau humus lebih banyak agar dapat mempertahankan air/kelembaban. Ada juga tanaman yang memerlukan nutrisi lebih banyak dari tanaman yang lain. Untuk itu, media tanamnya harus mengandung humus dan pupuk lebih banyak.

Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Bonsai

Penanaman tanaman bonsai diawali dengan pemilihan tanaman dengan batang utama yang cukup kuat kemudian memindahkan ke pot. Selanjutnya bentuk alur tanaman sesuai dengan yang anda suka dengan memakai kawat. Periksa ranting dan cabang yang tumbuh secara rutin untuk membentuk bonsai sesuai dengan apa yang kita mau. Hal lain yang tak kalah penting adalah pemilihan tanah, karena disanalah pembentukan batang, ranting dan dahan ditentukan. Pilihlah tanah dengan kadar humus sedikit dan jagalah kelembaban tanah tersebut namun jangan biarkan terlalu banyak air atau sampai menyebabkan tanah menggumpal, karena dapat mengancam hidup tanaman.
Disamping itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam peneneman tanaman bonsai seperti : 1) Pot dan isinya. Pot merupakan sarana dalam kreasi bonsai yang tidak kalah penting dengan bonsai sendiri. Selain pot berbentuk baki, semua pot bonsai diperlengkapi dengan satu atau lebih lubang pembuangan air, yang ditutup dengan gas plastik atau yang lain. Resep umum medium untuk tanaman yang berdaun lebar (Beringin, getahperca, sawo, dan sebagainya) adalah: 50 % tanah liat sedang, 20 % pasir dan 30 % kompos;
2) Mengisi pot. Mengisi pot untuk tanaman bonsai merupakan duplikasi dari keadaan yang sebenarnya di alam bebas. Lapisan paling atasnya atau topsil, tebalnya tidak lebih dari 35 cm bersifat cerul, penuh dengan humus, dan subur. Lapisan kedua masih lunak, masih dapat menyalurkan air ke bawah menjadi air tanah. Lapisan ketiga bisa berbentuk lapisan tanah yang banyak batu-batuan berukuran beraneka ragam dan akhirnya lapisan paling bawah adalah lapisan induk batu yang kedap air;
3) Pengamanan isi pot. Batu kerikil, pasir dan tanah bisa mengandung serangga tanah yang membahayakan tanaman bonsai, terutama cacing dan nematoda. Untuk itu diperlukannya untuk memfilter isi pot agar terbebas dari Cacing tanah, serangga, jenis-jenis penyakit, dan Biji-biji rerumputan dan sebaginya terdapat di dalam tanah, agar tanaman tidak terganggu pertumbuhannya.;
4) Pemeliharaan setelah tanam. Setelah penanaman selesai, siram bakal bonsai dan tanahnya dengan mempergunakan spayer yang halus. Air penyiraman harus bersih dan tidak berlumpur dan nentral (tawar). Hentikan penyiraman jika air sudah berkelebihan dan mengalir ke luar melalui lubang air. Tempatkan kemudian bakal bonsai di tempat yang teduh, tidak banyak angin dan bebas dari gangguan anak-anak atau hewan kesayangan. Untuk mempercepat tumbuhnya kembali (recovering) bakal bonsai dapat diusahakan dengan menutup seluruh tanaman dengan kantung plastik transparan.

Penentuan Gaya Tanaman Bonsai
Penentuan gaya bonsai yang diinginkan tentunya mengacu pada ukuran bonsai. Ukuran bonsai diukur dari tepi atas pot sampai ke puncak mahkota. Berdasarkan ukurannya, bonsai dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu, kecil sekali ( mame bonsai ) tinggi s/d 15 cm, kecil ( small bonsai ) tinggi 15-30 cm, sedang ( medium bonsai) tinggi 30-60 cm, besar ( large bonsai) tinggi 60-100 cm, besar sekali ( extra large ) tinggi 100-150 cm. 
Pada mulanya, bonsai hanya di buat menurut lima gaya yang terdiri dari gaya tegak lurus (chokan), tegak berliku (tachiki), miring (shakan), setengah menggantung (hang kengai), dan menggantung (kengai).
Seiring dengan perkembangan zaman, kelima gaya dasar tersebut kemudian berkembang menjadi gaya-gaya yang lain seperti berikut.Berumpun (kabudachi). Dari satu batang tanaman di permukaan tanah, pecah menjadi beberapa batang, bisa jadi 5,6,7 batang dan seterusnya yang masing-masing mempunyai satu mahkota lengkap. Kubah (hoki tsukuri).Batang tumbuh ke atas kemudian pecah menjadi beberapa cabang yang ujung-ujung daunnya membentuk kubah dengan perakaran yang kokoh ada di sekeliling batang. Akar terjalin (netsu neagari). Terdiri dari beberapa batang dan masing-masing batang tersambung oleh akar yang tampak di permukaan tanah. Rakit (ikada). Batang aslinya yang rubuh akan menjadi bonggol perakaran yang memanjang dan menghubungkan batang baru, yang terbentuk dari cabang-cabang pohon lama. Tampil akar (neagari).Perakaran ditampilkan menonjol keluar di atas permukaan media tanam dan keindahannya menjadi pusat perhatian. Disamping itu ada gaya tumbuh di batu. Tumbuh di dalam sela-sela batu/shizuke, atau tumbuh di atas batu/sekijoju, dengan perakaran tampak menonjol, bahkan mencengkram batu. Terpelintir (nejikan). Batang atau cabang terpelintir, gaya ini terbagi dua, yaitu satu cabang atau batang terpelintir. Selain itu ada yang dua batang atau dua akar yang saling memlintir satu sama lain. Sastrawan (Bunjin).Batang tanaman tinggi , mempunyai liukan, mahkota dan juga ranting-rantingnya hanya berdaun sedikit.
Merunduk (shidare tsukuri). Pada gaya jenis ini mulai dari cabang dan ranting semuanya merunduk ke bawah. Tertiup (fukinagashi). Pohon ini seakan tertiup angin terus-menerus sehingga semua perantingan mengarah ke satu sisi. Daun tidak rimbun, hanya tipis dan sedikit saja. Keringan (sharimiki), cabang atau ranting yang sudah kering/mati total, yang dapat berasal dari pohon itu sendiri atau merupakan buatan manusia (ditempel).Berbatang banyak. Berbatang dua (sokan), berbatang tiga (sankan), berbatang lima (gokan), dan seterusnya. dan berkelompok (yose ue).Biasanya terdiri dari sekelompok pohon yang di tata dalam sebuah pot tipis sehingga memberi kesan pemandangan yang luas seperti hutan atau kebun

Tahap Pembentukan Bonsai

Membentuk tanaman kerdil alias bonsai pada hakikatnya ialah membuat duplikat dari bentuk-bentuk pohon-pohon di alam bebas yang tetap di bawah ukuran yang normal. Adapun tahap dalam pembentukan bonsai yaitu:
1) Tahap pertama, membentuk kerangka dasar. Bakal bonsai yang sudah siap untuk diberi kerangka dasar adalah yang sudah benar-benar sehat kembali, setelah mengalami pemindahan. Batang pokoknya praktis sudah tidak tergoyahkan lagi dan sudah cukup mencapai ketinggian yang diperlukan pada akhirnya untuk dibentuk. Sebelum membentuk kerangka dasar, rencanakan terlebih dahulu masak-masak bentuk bonsai yang dikhayalkan, dan bagaimana kira-kira bentuk bonsai pada akhirnya nanti.
2) Tahap kedua merubah arah dan bentuk. Merubah bentuk dan arah tumbuhnya batang pokok dan dahan-dahan merupakan suatu paksaan dan memakan waktu hingga bentuk dan arah yang dikehendaki tercapai.Untuk keperluan tersebut diperlukan sarana untuk memudahkan pelaksanaannya seperti kawat kuningan dari beberapa ukuran diameternya, tali raffia, tang untuk memotong kawat, gunting pemangkas, gunting biasa, pisau kecil yang tajam, tang yang runcing ujungnya dan cellotape.

Penyempurnaan Bentuk Bonsai
Tidak semua jenis tanaman dapat dikerdilkan. Tanaman yang dapat memenuhi persyaratan untuk dikerdilkan adalah tanaman yang mempunyai daun berukuran kecil, misalnya Beringin, jeruk kingki (Triphasi aurantium), jenis-jenis coniper (cemara, pinus ), delima (punika granatum) dan sebagainya. Penyempurnaan bonsai kini letaknya untuk menyusun ranting-ranting dengan daunnya yang cukup lebat, namun seimbang dengan bentuk dan ukuran bonsai keseluruhannya. Pengendalian pertumbuhan pada tanaman bonsai dilaksanakan melalui pemangkasan dan pengetipan / pemetikan titik tumbuh. Pemangkasan dilakukan dengan cara memotong dahan atau ranting yang sedekat mungkin dengan kuntum yang nampak sehat tutup lukanya yang besar dengan paraffin. Setelah itu dilanjutkan dengan melilit dahan-dahan yang memanjang menggunakan kawat selama pertumbuhan baru, untuk membentuk penampilan bonsai selanjutnya, hasil yang cukup mengesankan baru dapat dicapai setelah beberapa tahun.

Beberapa teknik yang sering digunakan untuk memperbanyak bonsai adalah dengan pemotongan bagian vegetatif dan layering. Kedua cara ini digemari para pebisnis bonsai karena relatif cepat dan mudah. Anda bisa memotong percabangan bonsai, kemudian menanamnya pada media tumbuhyang sesuai untuk menghasilkan bonsai baru.
Ranting bonsai yang dipotong harus cukup tebal dan kokoh agar bisa menjadi anakan baru yang cantik. Jika ranting yang Anda potong berasal dari bonsai yang telah cukup tua, maka anakannya pun akan memiliki kesan setua induknya, dan ini merupakan nilai plus tersendiri bagi bonsai Anda. Memang pemunculan akar dari ranting yang sudah tua lebih lama jika dibandingkan dengan ranting yang masih muda. Namun, tidak ada salahnya mencoba bukan? Anakan hasil potongan harus dibiarkan tumbuh sekitar 6 bulan terlebih dahulu, baru Anda boleh mem-bonsainya.

Teknik perbanyakan bonsai yang kedua adalah dengan layering. Teknik ini mirip dengan cangkok, yaitu membiarkan ranting membentuk akar selama masih menempel pada induknya. Prosedurnya pun dapat dilakukan dengan cara cangkok biasa, yaitu mengupas kulit kayu pada bagian yang ingin dijadikan anakan baru, menyelimutinya dengan media lalu dibungkus plastik. Cangkokan terus disiram sampai tumbuh akar. Jika akar telah tumbuh, Anda boleh memindahkan anakan tersebut ke media yang terpisah dari induknya. Biasanya bagian yang dicangkok adalah cabang yang cukup tebal agar anakan bonsai tumbuh seindah bonsai induknya dengan kokoh. Anda juga dapat melakukan cangkok bonsai pada bagian akar atau tunas.
Teknik lainnya yang cukup umum digunakan adalah menyambung beberapa jenis bonsai untuk menghasilkan varian baru. Misalnya bonsai spesies A akan disambungkan dengan spesies B. Ranting bonsai A dipotong, sementara kulit kayu bonsai B dikupas pada bagian yang ingin disambungkan. Tempelkan potongan bonsai A pada bagian bonsai B yang telah dikupas, bungkus dengan plastik yang telah diberi semprotan hormone agar kedua bagian cepat menyatu.
Kultur bonsai juga bisa didapatkan dengan potongan daun. Namun, cara ini tidak selalu berhasil pada semua spesies. Cari lah referansi lain yang bisa dijadikan sebagai pendukung. Semoga artikel ini bermanfaat, dan anda berhasil dalam membuidaya bonsai.
http://tanam-bonsai.blogspot.com/2013/05/bagaimana-cara-membuat-bonsai.html

Bonsai

Ni hobby alm. bokap n gue (waktu dl gue masih SD).......
Bonsai (盆栽?) adalah tanaman atau pohon yang dikerdilkan di dalam pot dangkal dengan tujuan membuat miniatur dari bentuk asli pohon besar yang sudah tua di alam bebas. Penanaman (sai, 栽) dilakukan di pot dangkal yang disebut bon (盆). Istilah bonsai juga dipakai untuk seni tradisional Jepang dalam pemeliharaan tanaman atau pohon dalam pot dangkal, dan apresiasi keindahan bentuk dahan, daun, batang, dan akar pohon, serta pot dangkal yang menjadi wadah, atau keseluruhan bentuk tanaman atau pohon. Bonsai adalah pelafalan bahasa Jepang untuk penzai (盆栽).
Seni ini mencakup berbagai teknik pemotongan dan pemangkasan tanaman, pengawatan (pembentukan cabang dan dahan pohon dengan melilitkan kawat atau membengkokkannya dengan ikatan kawat), serta membuat akar menyebar di atas batu. Pembuatan bonsai memakan waktu yang lama dan melibatkan berbagai macam pekerjaan, antara lain pemberian pupuk, pemangkasan, pembentukan tanaman, penyiraman, dan penggantian pot dan tanah. Tanaman atau pohon dikerdilkan dengan cara memotong akar dan rantingnya. Pohon dibentuk dengan bantuan kawat pada ranting dan tunasnya. Kawat harus sudah diambil sebelum sempat menggores kulit ranting pohon tersebut. Tanaman adalah makhluk hidup, dan tidak ada bonsai yang dapat dikatakan selesai atau sudah jadi. Perubahan yang terjadi terus menerus pada tanaman sesuai musim atau keadaan alam merupakan salah satu daya tarik bonsai.

Bonsai berasal dari seni miniaturisasi tanaman yang disebut penjing (盆景) dari periode Dinasti Tang. Di makam putra dari Maharani Wu Zetian terdapat lukisan dinding yang menggambarkan pelayan wanita yang membawa pohon berbunga dalam pot dangkal. Pot dangkal berukuran kecil ini merupakan miniaturisasi dari pemandangan alam.[3]
Kalangan bangsawan di Jepang mulai mengenal penjing sekitar akhir zaman Heian. Aksara kanji untuk penjing (盆景) dilafalkan orang Jepang sebagai bonkei. Sama halnya dengan di Cina, bonkei di Jepang juga merupakan miniaturisasi dari pemandangan alam. Seni yang hanya dinikmati kalangan atas, terutama kalangan pejabat istana dan samurai, dan baru disebut bonsai pada zaman Edo[4]
Menanam bonsai adalah pekerjaan sambilan samurai zaman Edo, saat bonsai mencapai puncak kepopuleran. Sejak zaman Meiji, bonsai dianggap sebagai hobi yang bergaya. Namun pemeliharaan bonsai dan penyiraman memakan banyak waktu. Sejalan dengan lingkungan tempat tinggal di Jepang yang makin modern dan tidak memiliki halaman, penggemar bonsai akhirnya terbatas pada kalangan berusia lanjut.

http://id.wikipedia.org/wiki/Bonsai

Rabu, 24 Juli 2013

Pemikiran Dale Carnegie tentang Kebebasan dan Kebahagiaan

Dale Carnegie merupakan salah asatu penulis buku favorit saya. Ia benar-benar mengetahui seberapa menantangnya perjalanan yang kita lalui, dan ia menyediakan kita dengan beberapa panduan untuk memasuki wilayah yang sedang kita coba masuki. Berikut ini merupakan beberapa perangkap yang ia jabarkan menggunakan kata-katanya sendiri. Perangkap-perangkap berikut dapat merampas kebahagiaan dan kebebasan kita jika kita membiarkannya.

Keadaan

“Bukan apa yang anda miliki, atau siapa diri anda, atau dimana anda berada, atau apa yang anda lakukan yang membuat anda bahagia. Namun apa pemikiran anda.”
Ketika Viktor Frankl mengalami penderitaan yang amat sangat mendalam ketika ia berada di kamp Nazi, ia menemukan bahwa bukan dunia luar yang membuat anda merasa bahagia atau tidak; melainkan apa yang anda pikirkan dalam kepala anda. Sudut pandang Frankl, yang ia tulis dalam buku “Man’s Search for Meaning” adalah kita semua bertanggung jawab atas pengalaman hidup kita. Dari Buddha yang mengatakan “kita adalah hasil pemikiran kita sendiri”, hingga Earl Nightingale yang dalam bukunya “The Strangest Secret” menulis bahwa “anda akan menjadi seperti yang anda pikirkan”, ratusan bahkan ribuan penulis dan pemikir telah mengutarakan hal yang sama. Andalah yang mengendalikan diri anda sendiri; sehingga jangan berikan kekuatan anda kepada orang lain.

Kritik

”Setiap orang bodoh bisa mengkritik, mengutuk, dan mengeluh – dan kebanyakan orang berbuat demikian.”
Orang seringkali mengkritik anda karena membuat kekeliruan dalam melakukan sesuatu atau melakukan kesalahan. Saya terbiasa menerima kritikan dan menganggap serius kritik-kritik tersebut. Namun ketika saya benar-benar menerima fakta bahwa saya tidak sempurna dan bahwa saya juga melakukan kesalahan (setiap saat!) sama seperti semua orang di dunia ini; kehidupan saya berubah. Saya menjadi lebih percaya diri, berani mengambil risiko, dan yang paling penting, saya berhenti merasa khawatir.
Ketika seseorang menuduh saya melakukan kesalahan, saya biasanya berkata (setidaknya ke diri saya sendiri), ‘Ya, saya melakukan kesalahan. Saya manusia dan saya tidak sempurna. Saya pelupa, tidak konsisten, salah waktu. Tapi tahukah anda? Hal itu normal. Anda diperbolehkan melakukan hal-hal yang saya sebutkan tadi.’ Dan saya juga ingat bahwa siapapun yang menuduh saya sebenarnya sedang menunjuk diri mereka sendiri.
Tentu saja, kita harus melakukan refleksi dan belajar dari kesalahan kita – melakukan kesalahan yang sama berulang kali bukan merupakan hal yang baik – namun menerima kerapuhan dan memaafkan diri kita sendiri merupakan poin penting untuk menjadi bahagia dan sukses. Jika kita terlalu memfokuskan diri pada hal-hal yang bisa mengalihkan perhatian kita; hal itu sama saja dengan menyia-nyiakan kelebihan yang kita miliki.

Rasa Takut

”Lakukan hal yang anda takut untuk lakukan dan teruskanlah.. langkah tersebut merupakan cara tercepat dan terbaik untuk mengalahkan rasa takut.”
Sama seperti orang-orang pada umumnya, saya merasa takut untuk berbicara di depan umum. Jantung saya berdetak kencang, mulut saya terasa kering, tangan saya bergetar dan kulit saya terasa lembab. Saya pikir tidak ada orang yang merasakan ketakutan yang saya alami ketika saya harus berbicara di depan sekelompok orang. Saya lebih memilih berhadapan dengan seekor singa yang kelaparan daripada harus berbicara di depan orang-orang berdurasi 5 menit. Namun saya tetap harus melakukannya karena merupakan bagian dari pekerjaan saya. Awalnya memang sangat-sangat tidak mengenakkan, tetapi lama-lama saya menjadi terbiasa.
Saya menceritakan ini untuk memberikan ilustrasi bahwa rasa takut merupakan sesuatu yang tidak nyata – rasa takut bisa diatasi. Namun satu-satunya cara untuk mengatasi rasa takut adalah dengan menghadapinya. Anda bisa menjalani hidup anda dalam rasa takut, atau mengatasinya.
Kita semua tahu bahwa akhirnya tidak ada satu pun yang kita lakukan yang benar-benar berarti. Dalam 100 tahun kita akan meninggal dan terkubur. Dalam 1000 tahun tidak ada seorang pun yang mengingat kita. Dalam 1 juta tahun ras manusia mungkin sudah musnah. Sehingga kita harus memanfaatkan setiap hari yang ada selama ada waktu! Jangan biarkan rasa takut menguasai diri anda. Hadapi rasa takut anda; lakukan apa yang anda takuti dan anda akan mengubah kehidupan anda.

Bermimpi

”Salah satu hal tragis yang saya ketahui tentang manusia adalah kita cenderung menunda kehidupan. Kita memimpikan sebuah taman bunga di horison dan melupakan mawar yang mekar di luar jendela kita hari ini.”
Tanpa mimpi, kehidupan tidak berarti apa-apa. Merupakan sebuah tragedi ketika kebanyakan dari kita membiarkan kehidupan menghancurkan impian kita. Ada kalanya kita memimpikan hal-hal besar dan fantastis – masa tersebut terjadi ketika kita merasa semua hal mungkin terjadi, ketika kita melihat hal-hal indah yang ada di dunia. Namun impian harus menuntun kita ke suatu tempat. Impian bisa menjadi penunjuk arah dan bisa memberikan kesuksesan dan kebahagiaan jika kita mengikuti impian kita dengan ketekunan.
Namun seringkali kita menjadi terperangkap ke dalam halusinasi. Hari ini kita mempersiapkan diri untuk hari esok, dan tindakan-tindakan serta pikiran kita hari ini membentuk masa depan kita, namun hidup di dalam masa depan itu bukanlah sebuah pilihan jika kita ingin merasa bahagia. Jika kita terbiasa hidup di taman bunga ajaib seperti yang diceritakan Dale Carnegie, maka saat kita tiba disana, kita tidak akan mengenali tempat tersebut dan kita tidak akan menikmati hasil yang kita raih.

Ketika kita melihat kembali semua pengalaman yang telah kita alami, kita hanya memiliki diri kita sendiri untuk diberi ucapan terima kasih, atau untuk disalahi, atas semua kebahagiaan dan kebebasan yang kita raih. Pada dasarnya kita hanya memiliki diri kita sendiri. Namun kenyataan tidak selalu seperti itu – kita bisa belajar dari orang lain yang telah mengalami apa yang kita lalui dan membiarkan mereka menuntun kita.

Gugun Blues Shelter Self Titled Lyrics

Fight for freedom
You can’t buy my voice.. oh no, I got a message
You’re here on my land…oh yea, with your soldiers
You can see in my face I’m just a simple country boy,
I don’t mean no harm, don’t need this suffering.
You make me run, while you burn my house,
Is this the price I pay… to live another day?
You keep my nation under, your political strategy.
We must rise up, fight back… We got to be free.
You can see in my face I’m just a simple country boy,
I don’t mean no harm, don’t need this suffering.
You make me run, while you burn my house,
Is this the price I pay… to live another day?
You’re trying to break my people with your oppression,
But one day will come people… We’ll get freedom.
You can see in my face I’m just a simple country boy,
I don’t mean no harm, don’t need this suffering.
You make me run, while you burn my house,
Is this the price I pay… to live another day?
Good things bad things
There’s nothing I wanna do, but sit and watch
They talk and laugh,
No-one cares I’m stranded in painful silence
Here’s the sun rise, but who knows where
Here’s the sun set, who knows where
And in the night, people desperately seek
Who knows what or by
What means, then suddenly screams, their unseen selves
Here’s the good things, but who knows what
Here’s the bad things, who knows what it means
Here’s the sun rise, here’s the sun set
Here’s the good things, here’s the bad things.
Old Friend
Spent so many good days together,
Running round making trouble in school
Growing pains were less hard when shared
Now a man we drift apart
Once we were as close as brothers
Now we’ve become worst enemies
You watch my back and I’ll watch yours
How I wish we could turn back the time
How could you do those things, you betrayed me
The good times now gone the book is closed,
Was it worth it my old friend, was it worth it my old friend
How could you do those things, you betrayed me
The good times now gone the book is closed,
Was it worth it my old friend, was it worth it my old friend
Remember the endless summer,
what happened to those precious memories
When you get old you’ll think about it
I’ll never forget you my old friend,
I’ll never forget you my old friend.
On the Run
Heard the blast and went for the door,
Got this feeling in my soul
Just like another stormy Monday
Don’t want to go outside my house no more
My heart is beating like a freight train
Got to move out before the dogs arrive
And there ain’t no open doors here
We’re not going to get out of here alive.
Run and hide, got to ramble on
faces in the trees their staring eye’s all over me,
Staring eyes all over me.
Lord have mercy times on my side
Not laying dead down on the floor
Nowhere’s safe in this here nightmare
Just get back home and lock your door
Trust no one and don’t look back
Just keep a low profile in this here crazy town
Just get back home and lock your door
Don’t go outside my house no more
Just get back home and lock your door
Emptiness
Life came alive and stirred,
Time trembled on the rumbling ground
When I was like a wild horse,
Packed my suitcase, run for the hills
My emptiness
Running out of time
In my soul
Misery slept with my lust
I dragged you off to bang in my bed
Twenty-five positions
All night long
Feeling crunchy, let’s do it again… hit me
My emptiness
Running out of time
In my soul
Life came alive and stirred,
Time trembled on the rumbling ground
When I was like a wild horse,
Packed my suitcase, run for the hills
When I see you again
Day turns into night,
Here on my own again,
The hours pass so slowly,
And I’m missing you so bad.
My soul a shade of blue,
Just waiting here for you,
This feeling I have inside,
It’s killing me… tell me..
When I’m gonna see you again,
How long must I feel this pain,
I can’t wait for the day, when I see you again my love
When I’m gonna see you again,
How ling must I feel this pain,
I can’t wait for the day, when I see you again my love
A picture of you in my hand,
Turning my heart to sand,
My head feels so cold and bland,
Because I need you…. Tell me.
When I’m gonna see you again,
How ling must I feel this pain,
I can’t wait for the day, when I see you again my love
When I’m gonna see you again,
How ling must I feel this pain,
I can’t wait for the day, when I see you again my love
When I’m gonna see you again,
How ling must I feel this pain,
I can’t wait for the day, when I see you again my love
When I’m gonna see you again,
How ling must I feel this pain,
I can’t wait for the day, when I see you again my love
Whiskey Woman
Well I’ve made up my mind, I’ve got to go
Well I’ve made up my mind, I’ve got to go
You know you’ve done me wrong baby,
I ain’t coming back no more
You found you another man,
That’s just fine
You found you another man,
That’s just fine
I’m a head off down town baby… I’ll go get mine
Gonna get me a whiskey woman
Have me a real good time
Gonna get me a whiskey woman
Have me a real good time
Don’t need you no more darling, wasting my time.
You’re the man
See your face all over the town
You’re the man who calls the shots
Your wage is low but you drive a silver Mercedes
You’re the man
Greasy hair and safari suit
Golden rings on your chubby hands
See the green and your eyes they turn into eggs… help yourself.
Holes in the road people dying in the street
While you grow fatter in your leather chair
Shiny walls but dirty hands
Are you a man… are you a man???
See your face all over the town
You’re the man who calls the shots
Your wage is low but you drive a silver Mercedes
You’re the man…. ohhh
White Dog
Acting cool with your circle of friends
Fashion art and haircuts from mars
Just like a white dog
Acting like a white dog
Looking like a white dog
Talking like a white dog
Thinking big but acting small,
Talking loud but saying nothing
Just like a white dog
Acting like a white dog
Looking like a white dog
Talking like a white dog
Just like a white dog
Acting like a white dog
Looking like a white dog
Talking like a white dog
Acting cool with your circle of friends
Fashion art and haircuts from mars

Just like a white dog
Acting like a white dog
Looking like a white dog
Talking like a white dog

3R-Tiga ROCKin


3R-TIGA ROCk
Location: Pangkalpinang, Sumbagsel
Genres: Ghotic Screamo Rock
Label: ERTIGA Record
Members:
*Cansa Rock in 92 : Gitar & Vocal Scream
*Frei Losung : Bass & Vocal Growl
*Ricky JMT: Drum & Vocal Clean (SPESIALIS PANJIT KABEL)
ERTIGA terbentuk 3 september 2012 dan sudah merilis album pertama yang berjudul "BANGKIT ATAU TERTINDAS" dengan instrument dan lagu-lagu baru yg berjudul :
1.BANGKIT ATAU TERTINDAS
2.SAHABAT
3.DALAM GELAP
4.MAYA
5.SENDIRI
6.TAK PEDULI
7.FUCK IN BOSS
8.MEMORIES DEATH LOVE
9.JANGAN MELIHAT
Pada album pertama kami ini ERTIGA terlihat lebih beda dalam segi musikalitas dan materi lagunya.
Kami bosan mendengar lagu-lagu cengeng yang kian marak di INDUSTRI MUSIK TANAH AIR yang selalu mengikuti trend melayu.
teriakan sedikit keadilan disini jangan bercerita tentang cinta saja agar yang berkuasa dapat berpikir.
ERTIGA berharap dengan terus berjalannya band ini dapat membawa angin segar dalam perubahan musik di Indonesia yang terus berkembang. Adapun visi dan misi ERTIGA sendiri adalah menjadikan musik sebagai suatu warna kehidupan yang mampu berperan sebagai pelengkap kebutuhan hidup manusia, menampilkan musik yang bisa diterima oleh semua kalangan serta mampu menghibur, khususnya kalangan muda yang banyak mengalami dinamika perkembangan jaman dan menampilkan performance terbaik bagi para pendengar ERTIGA baik dalam live dan keadaan di stage, maupun dalam karya musik (materi lagu) yang ERTIGA hasilkan.
www.reverbnation.com/play_now/song_ERTIGA_BANGKIT_ATAU_TERTINDAS13374508
Minat Band
Superman Is Dead, Killing Me Inside, Green Day & Dream Theater
Artis yang Kami Juga Sukai
Superman Is Dead, Killing Me Inside, Green Day & Dream Theater

Selasa, 23 Juli 2013

fotografi

istilah fotografi berasal dari dua kata(bahasa yunani)yaitu photos yg bearti cahaya dan graphein yang bearti menggambar....sedangkan kata kamera berasal dari camera obscura(bahasa latin) yang bearti kamar gelap/dark room. camera telah ditemukan beratus-ratus tahun yang lalu
prinsip tersebut yaitu sinar akan masuk ke dalam kamar gelap melalui lubang kecil sehingga akhirnya akan membentuk objek dari luar kamar gelapmenjadi bayangan objek terbalikdidinding kamar gelap..
pada abad 16 perbaikan dilakukan pada sistem kamar gelap dan lubang pin hole kamera. sistem itu menghasilkan gambar yang terlalu gelap sehingga ditambahkan lensa optis untuk meningkatkan kecerahan gambar.
tetapi timbul permasalahan mencari media untuk merekam cahaya objek. lalu masalah ini diselesaikan dengan temuan Frenchman Joseph Nicehore (1765-1833)...teknik yang ditemukan ini dinamakan teknik Heliography, teknik ini memerlukan cahaya matahari sebagai sumber cahaya untuk melakukan proses cetak.
dan pada tahun 1876 ditemukannya oleh ilmuwan (berawal dari temuan Hurter dan Driffield) yaitu bahan emulsi yang peka terhadap cahaya.inilah tahap awal penggunaan film negatif.

semakin berkembangnya teknologi kamera semakin maju pula fotografi.....
sekarang malah sangat pesat kemajuan dengan kamera digital yg semakin instan(tidak serumit menggunakan film negatif)
sedikit saja dari saya....untuk lebih lengkapnya anda bisa membaca buku yang berkaitan dengan fotografi.

Biografi Soekarno

Ir Soekarno dikenal sebagai Presiden pertama Republik Indonesia dan juga sebagai Pahlawan Proklamasi, Bung Karno merupakan salah satu Presiden yang paling berani melawan musuh-musuh yang dianggap bisa mengacaukan keutuhan Indonesia, banyak pemimpin dunia menghormatinya.  Nama Presiden Soekarno dikenal sangat besar dan harum oleh rakyat Indonesia karena jasa-jasanya. Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan wafat pada tanggal 21 Juni 1970 di Jakarta. Saat ia lahir dinamakan Koesno Sosrodihardjo. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika..

Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar "Ir" pada 25 Mei 1926.

Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Saat dipenjara, Soekarno mengandalkan hidupnya dari sang istri. Seluruh kebutuhan hidup dipasok oleh Inggit yang dibantu oleh kakak kandung Soekarno, Sukarmini atau yang lebih dikenal sebagai Ibu Wardoyo. Saat dipindahkan ke penjara Sukamiskin, pengawasan terhadap Soekarno semakin keras dan ketat.

Dia dikategorikan sebagai tahanan yang berbahaya. Bahkan untuk mengisolasi Soekarno agar tidak mendapat informasi dari luar, dia digabungkan dengan para tahanan 'elite'. Kelompok tahanan ini sebagian besar terdiri dari orang Belanda yang terlibat korupsi, penyelewengan, atau penggelapan. Tentu saja, obrolan dengan mereka tidak nyambung dengan Bung Karno muda yang sedang bersemangat membahas perjuangan kemerdekaan. Paling banter yang dibicarakan adalah soal makanan, cuaca, dan hal-hal yang tidak penting. Beberapa bulan pertama menjadi tahanan di Sukamiskin, komunikasi Bung Karno dengan rekan-rekan seperjuangannya nyaris putus sama sekali. Tapi sebenarnya, ada berbagai cara dan akal yang dilakukan Soekarno untuk tetap mendapat informasi dari luar.

Hal itu terjadi saat pihak penjara membolehkan Soekarno menerima kiriman makanan dan telur dari luar. Telur yang merupakan barang dagangan Inggit itu selalu diperiksa ketat oleh sipir sebelum diterima Bung Karno. Seperti yang dituturkan Ibu Wardoyo yang dikutip dalam buku 'Bung Karno Masa Muda' terbitan Pustaka Antarkota tahun 1978, telur menjadi alat komunikasi untuk mengabarkan keadaan di luar penjara. Caranya, bila Inggit mengirim telur asin, artinya di luar ada kabar buruk yang menimpa rekan-rekan Bung Karno. Namun dia hanya bisa menduga-duga saja kabar buruk tersebut, karena Inggit tidak bisa menjelaskan secara detail.

Seiring berjalannya waktu, Soekarno dan Inggit kemudian menemukan cara yang lebih canggih untuk mengelabui Belanda. Medianya masih sama, telur. Namun, telur tersebut telah ditusuk-tusuk dengan jarum halus dan pesan lebih detail mengenai kabar buruk itu dapat dipahami Bung Karno. Satu tusukan di telur berarti semua kabar baik, dua tusukan artinya seorang teman ditangkap, dan tiga tusukan berarti ada penyergapan besar-besaran terhadap para aktivis pergerakan kemerdekaan.

Selama menjalani masa hukuman dari Desember 1929 hingga dibebaskan pada tanggal 31 Desember 1931, Soekarno tidak pernah dijenguk oleh kedua orangtuanya yang berada Blitar. Menurut Ibu Wardoyo, orang tua mereka Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai tidak sanggup melihat anak yang mereka banggakan itu berada di tempat hina yakni penjara dan dalam posisi yang tidak berdaya.

Apalagi, saat di Sukamiskin, menurut Ibu Wardoyo, kondisi Soekarno demikian kurus dan hitam. Namun Bung Karno beralasan, dia sengaja membuat kulitnya menjadi hitam dengan bekerja dan bergerak di bawah terik matahari untuk memanaskan tulang-tulangnya. Sebab di dalam sel tidak ada sinar matahari, lembab, gelap, dan dingin. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.

Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.


Biografi Presiden Soekarno

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.

Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.

Presiden Soekarno semasa hidupnya dikenal memiliki pesona, sehingga dengan mudah menaklukkan wanita-wanita cantik yang diinginkannya. Sejarah mencatat Bung Karno sembilan kali menikah. Namun banyak yang tidak tahu wanita seperti apa yang dicintai Sang Putra Fajar itu. Untuk urusan kriteria ternyata Bung Karno bukanlah sosok pria neko-neko. Perhatian Bung Karno akan mudah tersedot jika melihat wanita sederhana yang berpakaian sopan. Lalu, bagaimana Bung Karno memandang wanita berpenampilan seksi? Pernah di satu kesempatan ketika sedang jalan berdua dengan Fatmawati, Bung Karno bercerita mengenai penilaiannya terhadap wanita. Kala itu Bung Karno benar-benar sedang jatuh hati pada Fatmawati.

Presiden Soekarno dan Ibu fatmawati

"Pada suatu sore ketika kami sedang berjalan-jalan berdua, Fatmawati bertanya padaku tentang jenis perempuan yang kusukai," ujar Soekaro dalam buku 'Bung Karno Masa Muda' terbitan Pustaka Antar Kota. Sesaat Bung Karno memandang sosok Fatmawati yang saat itu berpakaian sederhana dan sopan. Perasaan Bung Karno benar-benar bergejolak, dia sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu. "Aku memandang kepada gadis desa ini yang berpakaian baju kurung merah dan berkerudung kuning diselubungkan dengan sopan. Kukatakan padanya, aku menyukai perempuan dengan keasliannya, bukan wanita modern yang pakai rok pendek, baju ketat dan gincu bibir yang menyilaukan," kata Soekarno.

"Saya lebih menyukai wanita kolot yang setia menjaga suaminya dan senatiasa mengambilkan alas kakinya. Saya tidak menyukai wanita Amerika dari generasi baru, yang saya dengar menyuruh suaminya mencuci piring," tambahnya. Mungkin saat itu Fatmawati begitu terpesona mendengar jawaban Soekarno yang lugas. Sampai pada akhirnya jodoh mempertemukan keduanya. Soekarno menikah dengan Fatmawati pada tahun 1943, dan dikarunia 5 anak yakni Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. "Saya menyukai perempuan yang merasa bahagia dengan anak banyak. Saya sangat mencintai anak-anak," katanya.

Menurut pengakuan Ibu Fatmawati, dia dan Bung Karno tidak pernah merayakan ulang tahun perkawinan, Jangankan kawin perak atau kawin emas, ulang tahun pernikahan ke-1, ke-2 atau ke-3 saja tidak pernah. Sebabnya tak lain karena keduanya tidak pernah ingat kapan menikah. Ini bisa dimaklumi karena saat berlangsungnya pernikahan, zaman sedang dibalut perang. Saat itu Perang Dunia II sedang berkecamuk dan Jepang baru datang untuk menjajah Indonesia.

"Kami tidak pernah merayakan kawin perak atau kawin emas. Sebab kami anggap itu soal remeh, sedangkan kami selalu dihadapkan pada persoalan-persoalan besar yang hebat dan dahsyat," begitu cerita Ibu Fatmawati di buku Bung Karno Masa Muda, terbitan Pustaka Antar Kota, 1978.

Kehidupan pernikahan Bung Karno dan Fatmawati memang penuh dengan gejolak perjuangan. Dua tahun setelah keduanya menikah, Indonesia mencapai kemerdekaan. Tetapi ini belum selesai, justru saat itu perjuangan fisik mencapai puncaknya. Bung Karno pastinya terlibat dalam setiap momen-momen penting perjuangan bangsa. Pasangan ini melahirkan putra pertamanya yaitu Guntur Soekarnoputra. Guntur lahir pada saat Bung Karno sudah berusia 42 tahun. Berikutnya lahir Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. Putra-putri Bung Karno dikenal memiliki bakat kesenian tinggi. Hal itu tak aneh mengingat Bung Karno adalah sosok pengagum karya seni, sementara Ibu Fatmawati sangat pandai menari.

Sejak kecil, Soekarno sangat menyukai cerita wayang. Dia hapal banyak cerita wayang sejak kecil. Saat masih bersekolah di Surabaya, Soekarno rela begadang jika ada pertunjukan wayang semalam suntuk. Dia pun senang menggambar wayang di batu tulisnya. Saat ditahan dalam penjara Banceuy pun kisah-kisah wayanglah yang memberi kekuatan pada Soekarno. Terinspirasi dari Gatot Kaca, Soekarno yakin kebenaran akan menang, walau harus kalah dulu berkali-kali. Dia yakin suatu saat penjajah Belanda akan kalah oleh perjuangan rakyat Indonesia.

"Pertunjukan wayang di dalam sel itu tidak hanya menyenangkan dan menghiburku. Dia juga menenangkan perasaan dan memberi kekuatan pada diriku. Bayangan-bayangan hitam di kepalaku menguap bagai kabut dan aku bisa tidur nyenyak dengan penegasan atas keyakinanku. Bahwa yang baik akan menang atas yang jahat," ujar Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams "Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang diterbitkan Yayasan Bung Karno tahun 2007. Soekarno tidak hanya mencintai budaya Jawa. Dia juga mengagumi tari-tarian dari seantero negeri. Soekarno juga begitu takjub akan tarian selamat datang yang dilakukan oleh penduduk Papua. Karena kecintaan Soekarno pada seni dan budaya, Istana Negara penuh dengan aneka lukisan, patung dan benda-benda seni lainnya. Setiap pergi ke daerah, Soekarno selalu mencari sesuatu yang unik dari daerah tersebut. Dia menghargai setiap seniman, budayawan hingga penabuh gamelan. Soekarno akan meluangkan waktunya untuk berbincang-bincang soal seni dan budaya setiap pagi, di samping bicara politik.
Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Saat-saat diasingkan di Istana Bogor selepas G-30S/PKI, Soekarno membunuh waktunya dengan mengiventarisir musik-musik keroncong yang dulu populer tahun 1930an dan kemudian menghilang. Atas kerja kerasnya dan beberapa seniman keroncong, Soekarno berhasil menyelamatkan beberapa karya keroncong. Setlah itu Kesehatannya terus
memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai "Pahlawan Proklamasi".


Biografi Presiden Soekarno

Detik Detik Kematian Sang Presiden
- Jakarta, Selasa, 16 Juni 1970. Ruangan intensive care RSPAD Gatot Subroto dipenuhi tentara sejak pagi. Serdadu berseragam dan bersenjata lengkap bersiaga penuh di beberapa titik strategis rumah sakit tersebut. Tak kalah banyaknya, petugas keamanan berpakaian preman juga hilir mudik di koridor rumah sakit hingga pelataran parkir.

- Sedari pagi, suasana mencekam sudah terasa. Kabar yang berhembus mengatakan, mantan Presiden Soekarno akan dibawa ke rumah sakit ini dari rumah tahanannya di Wisma Yaso yang hanya berjarak lima kilometer.

- Malam ini desas-desus itu terbukti. Di dalam ruang perawatan yang sangat sederhana untuk ukuran seorang mantan presiden, Soekarno tergolek lemah di pembaringan. Sudah beberapa hari ini kesehatannya sangat mundur. Sepanjang hari, orang yang dulu pernah sangat berkuasa ini terus memejamkan mata. Suhu tubuhnya sangat tinggi. Penyakit ginjal yang tidak dirawat secara semestinya kian menggerogoti kekuatan tubuhnya.

- Lelaki yang pernah amat jantan dan berwibawa, dan sebab itu banyak digila-gilai perempuan seantero jagad, sekarang tak ubahnya bagai sesosok mayat hidup. Tiada lagi wajah gantengnya. Kini wajah yang dihiasi gigi gingsulnya telah membengkak, tanda bahwa racun telah menyebar ke mana-mana. Bukan hanya bengkak, tapi bolong-bolong bagaikan permukaan bulan. Mulutnya yang dahulu mampu menyihir jutaan massa dengan pidato-pidatonya yang sangat memukau, kini hanya terkatup rapat dan kering. Sebentar-sebentar bibirnya gemetar. Menahan sakit. Kedua tangannya yang dahulu sanggup meninju langit dan mencakar udara, kini tergolek lemas di sisi tubuhnya yang kian kurus.

- Sang Putera Fajar tinggal menunggu waktu

- Dua hari kemudian, Megawati, anak sulungnya dari Fatmawati diizinkan tentara untuk mengunjungi ayahnya. Menyaksikan ayahnya yang tergolek lemah dan tidak mampu membuka matanya, kedua mata Mega menitikkan airmata. Bibirnya secara perlahan didekatkan ke telinga manusia yang paling dicintainya ini.

- “Pak, Pak, ini Ega…”

- Senyap.

- Ayahnya tak bergerak. Kedua matanya juga tidak membuka. Namun kedua bibir Soekarno yang telah pecah-pecah bergerak-gerak kecil, gemetar, seolah ingin mengatakan sesuatu pada puteri sulungnya itu. Soekarno tampak mengetahui kehadiran Megawati. Tapi dia tidak mampu membuka matanya. Tangan kanannya bergetar seolah ingin menuliskan sesuatu untuk puteri sulungnya, tapi tubuhnya terlampau lemah untuk sekadar menulis. Tangannya kembali terkulai. Soekarno terdiam lagi.

- Melihat kenyataan itu, perasaan Megawati amat terpukul. Air matanya yang sedari tadi ditahan kini menitik jatuh. Kian deras. Perempuan muda itu menutupi hidungnya dengan sapu tangan. Tak kuat menerima kenyataan, Megawati menjauh dan limbung. Mega segera dipapah keluar.

- Jarum jam terus bergerak. Di luar kamar, sepasukan tentara terus berjaga lengkap dengan senjata.

- Malam harinya ketahanan tubuh seorang Soekarno ambrol. Dia coma. Antara hidup dan mati. Tim dokter segera memberikan bantuan seperlunya.

- Keesokan hari, mantan wakil presiden Muhammad Hatta diizinkan mengunjungi kolega lamanya ini. Hatta yang ditemani sekretarisnya menghampiri pembaringan Soekarno dengan sangat hati-hati. Dengan segenap kekuatan yang berhasil dihimpunnya, Soekarno berhasil membuka matanya. Menahan rasa sakit yang tak terperi, Soekarno berkata lemah.

- “Hatta.., kau di sini..?”

- Yang disapa tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Namun Hatta tidak mau kawannya ini mengetahui jika dirinya bersedih. Dengan sekuat tenaga memendam kepedihan yang mencabik hati, Hatta berusaha menjawab Soekarno dengan wajar. Sedikit tersenyum menghibur.

- “Ya, bagaimana keadaanmu, No ?”

- Hatta menyapanya dengan sebutan yang digunakannya di masa lalu. Tangannya memegang lembut tangan Soekarno. Panasnya menjalari jemarinya. Dia ingin memberikan kekuatan pada orang yang sangat dihormatinya ini.

- Bibir Soekarno bergetar, tiba-tiba, masih dengan lemah, dia balik bertanya dengan bahasa Belanda. Sesuatu yang biasa mereka berdua lakukan ketika mereka masih bersatu dalam Dwi Tunggal. “Hoe gaat het met jou…?” Bagaimana keadaanmu?

- Hatta memaksakan diri tersenyum. Tangannya masih memegang lengan Soekarno.

- Soekarno kemudian terisak bagai anak kecil. Lelaki perkasa itu menangis di depan kawan seperjuangannya, bagai bayi yang kehilangan mainan. Hatta tidak lagi mampu mengendalikan perasaannya. Pertahanannya bobol. Airmatanya juga tumpah. Hatta ikut menangis.

- Kedua teman lama yang sempat berpisah itu saling berpegangan tangan seolah takut berpisah. Hatta tahu, waktu yang tersedia bagi orang yang sangat dikaguminya ini tidak akan lama lagi. Dan Hatta juga tahu, betapa kejamnya siksaan tanpa pukulan yang dialami sahabatnya ini. Sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh manusia yang tidak punya nurani.

- “No…” Hanya itu yang bisa terucap dari bibirnya. Hatta tidak mampu mengucapkan lebih. Bibirnya bergetar menahan kesedihan sekaligus kekecewaannya. Bahunya terguncang-guncang.

- Jauh di lubuk hatinya, Hatta sangat marah pada penguasa baru yang sampai hati menyiksa bapak bangsa ini. Walau prinsip politik antara dirinya dengan Soekarno tidak bersesuaian, namun hal itu sama sekali tidak merusak persabatannya yang demikian erat dan tulus.

- Hatta masih memegang lengan Soekarno ketika kawannya ini kembali memejamkan matanya.

- Jarum jam terus bergerak. Merambati angka demi angka. Sisa waktu bagi Soekarno kian tipis.

- Sehari setelah pertemuan dengan Hatta, kondisi Soekarno yang sudah buruk, terus merosot. Putera Sang Fajar itu tidak mampu lagi membuka kedua matanya. Suhu badannya terus meninggi. Soekarno kini menggigil. Peluh membasahi bantal dan piyamanya. Malamnya Dewi Soekarno dan puterinya yang masih berusia tiga tahun, Karina, hadir di rumah sakit. Soekarno belum pernah sekali pun melihat anaknya.

- Minggu pagi, 21 Juni 1970. Dokter Mardjono, salah seorang anggota tim dokter kepresidenan seperti biasa melakukan pemeriksaan rutin. Bersama dua orang paramedis, Dokter Mardjono memeriksa kondisi pasien istimewanya ini. Sebagai seorang dokter yang telah berpengalaman, Mardjono tahu waktunya tidak akan lama lagi.

- Dengan sangat hati-hati dan penuh hormat, dia memeriksa denyut nadi Soekarno. Dengan sisa kekuatan yang masih ada, Soekarno menggerakkan tangan kanannya, memegang lengan dokternya. Mardjono merasakan panas yang demikian tinggi dari tangan yang amat lemah ini. Tiba-tiba tangan yang panas itu terkulai. Detik itu juga Soekarno menghembuskan nafas terakhirnya. Kedua matanya tidak pernah mampu lagi untuk membuka. Tubuhnya tergolek tak bergerak lagi. Kini untuk selamanya.

- Situasi di sekitar ruangan sangat sepi. Udara sesaat terasa berhenti mengalir. Suara burung yang biasa berkicau tiada terdengar. Kehampaan sepersekian detik yang begitu mencekam. Sekaligus menyedihkan.

- Dunia melepas salah seorang pembuat sejarah yang penuh kontroversi. Banyak orang menyayanginya, tapi banyak pula yang membencinya. Namun semua sepakat, Soekarno adalah seorang manusia yang tidak biasa. Yang belum tentu dilahirkan kembali dalam waktu satu abad. Manusia itu kini telah tiada.

- Dokter Mardjono segera memanggil seluruh rekannya, sesama tim dokter kepresidenan. Tak lama kemudian mereka mengeluarkan pernyataan resmi: Soekarno telah meninggal.

Isu di bunuh secara perlahan

Banyak Keyakinan orang banyak bahwa Bung Karno dibunuh secara perlahan mungkin bisa dilihat dari cara pengobatan proklamator RI ini yang segalanya diatur secara ketat dan represif oleh Presiden Soeharto. Bung Karno ketika sakit ditahan di Wisma Yasso (Yasso adalah nama saudara laki-laki Dewi Soekarno) di Jl. Gatot Subroto. Penahanan ini membuatnya amat menderita lahir dan bathin. Anak-anaknya pun tidak dapat bebas mengunjunginya.

Banyak resep tim dokternya, yang dipimpin dr. Mahar Mardjono, yang tidak dapat ditukar dengan obat. Ada tumpukan resep di sebuah sudut di tempat penahanan Bung Karno. Resep-resep untuk mengambil obat di situ tidak pernah ditukarkan dengan obat. Bung Karno memang dibiarkan sakit dan mungkin dengan begitu diharapkan oleh penguasa baru tersebut agar bisa mempercepat kematiannya.

Permintaan dari tim dokter Bung Karno untuk mendatangkan alat-alat kesehatan dari Cina pun dilarang oleh Presiden Soeharto. “Bahkan untuk sekadar menebus obat dan mengobati gigi yang sakit, harus seizin dia, ” demikian Rachmawati Soekarnoputeri pernah bercerita.

Biografi Presiden Soekarno

Jika anda berkunjung ke Bangkok, Thailand jangan lupa untuk berkunjung ke Museum Madame Tussauds untuk melihat Patung Soekarno yang terbuat dari lilin. Patung lilin tersebut dibuat menyerupai Presiden Soekarno. Patung tersebut dibuat sebagai salah satu bentuk penghormatan oleh Madame Tussauds kepada Presiden Soekarno sebagai salah satu Proklamator dan sebagai Bapak Bangsa Indonesia dan juga peranan Soekarno bagi dunia internasional selama menjabat sebagai Presiden Soekarno.

Patung Lilin Soekarno
Patung Lilin Soekarno di Bangkok, Thailand

Kata Kata Bijak Soekarno
  1. Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu ! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, dari pada makan bestik tetapi budak. [Pidato HUT Proklamasi, 1963]
  2. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961)
  3. Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.
  4. Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
  5. Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun.
  6. Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.
  7. ……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……
  8. Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.
  9. Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia
  10. Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya
  11. Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.

Sumber :
- http://www.kaskus.us/showthread.php?t=6776934
- http://www.kaskus.us/showthread.php?t=6776934
- http://m.kaskus.co.id/post/510bca7de374b4fb13000006
- http://zheyfive.blogspot.com/2012/06/kata-bijak-ir-soekarno.html
- http://artofthinking2.blogdetik.com/2012/05/19/10-kata-kata-bijak-ir-soekarno/